Advertisement

image

hadits shallu 'alaiya walau birriyaa, ikhtiyar wajibun dan al-kizbu laa ummati

19.28



Pertanyaan dari : masykur:
guree,,,, sejauhmana pengertian dari alkizbu laa ummati,,, dan ikhtiaru wajibun,,,, dan bagaimana status hadis sallu alayya walau birriyya
Jawab :
1.       Kami belum pernah menemukan ucapan2 tersebut di atas disebut sebagai hadist nabi dalam kitab2 hadits dan fiqh mu’tabar
2.       Namun maknanya adalah shahih, namun tentu harus dipahami secara benar., yaitu :
a.       alkidzbu laa ummati, artinya dhahirnya : “dusta bukan umatku.” kalau diterjemah secara dhahir seperti ini, tentu ucapan ini rancu, karena makna al-kizbu adalah dusta, yakni suatu sifat manusia. Tidak mungkin disifat “bukan umatku “ kepada dusta, tetapi “bukan umat ku“ hanya dapat disifatkan kepada pendusta (orang). Seterusnya “bukan umatku” bukan dalam arti pendusta menjadi kafir karena bukan umat Muhammad, karena ijmak ulama tidak menjadi kafir karena suatu perbuatan dosa besar, tetapi maksudnya bukan sempurna umat, jadi pendusta tetap umat Muhammad, namun tidak sempurna. Atau dapat diartikan juga pendusta yang dimaksud di sini adalah munafiq (dalam hatinya kufur)
b.      ikhtiyar wajibun , maknanya berusaha adalah wajib dalam arti tidak hanya berpangku tangan menunggu taqdir. Ini sesuai dengan firman Allah  Q.S. al-baqarah : 286 , terjemahannya :
“Bagi manusia imbalan menurut usahanya dan mendapat hukuman apa yang diusahakannya.”
c.       Shallu ‘alaiya walau birriya’ , terjemahannya “bersalawatlah kepadaku meski dengan riya.”. ucapan ini sering dijadikan sebagai dalil bersalawat boleh dilakukan meski dengan suara keras didengar orang ditempat-tempat ramai. Menurut hemat kami, maksud riya di sini bukanlah riya secara hakikat, karena kalau memang beramal dengan niat bukan karena Allah, tetapi sekedar menampakkan kepada orang lain, maka amalnya seperti ini disepakati ulama akan sia-sia, termasuk dalam hal ini bersalawat.  Karena itu, maksud riya di sini adalah bentuk riya (shurah). Artinya boleh bersalawat dengan sengaja menampakkan kepada orang lain sebagai syiar Islam, tetapi dalam hati tetap karena Allah. Kami menyebut shurah riya, karena secara dhahirnya nampak riya, akan tetapi yg menjadi penilaiannya adalah apa yang menjadi niat seseorang itu dalam menghidupkan syiar tersebut.
Advertisement

Baca juga:

Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

Tidak ada komentar